Bahagia,
sedih, kecewa dan marah adalah reaksi normal manusia. Adakalanya, seseorang
akan merasa bahagia. Namun di lain waktu, ia juga bisa merasa sedih yang
teramat perih, kecewa yang meraja lela dan bisa saja memiliki nafsu amarah yang
tak tentu arah. Mungkin saat bahagia, semuanya bisa terasa indah, karena memang
rasa bahagia itu adalah sebuah reaksi positif. Lalu bagaimana dengan sedih,
kecewa dan marah? Ketiga reaksi tersebut adalah reaksi negatif yang harus bisa
kita taklukkan. Untuk itulah, kita harus tahu banyak tentang bagaimana berdamai
dengan emosi itu.
·
Pertama, jangan lupa untuk menceritakan perasaanmu kepada orang
lain. Jangan pernah mencoba memendam sendiri dan memutuskan sendiri tentang apa
yang sedang terjadi kepadamu. Kesalahan orang adalah terlalu sering menilai kondisi
psikisnya baik-baik saja. Padahal, bisa saja ada yang salah dengan perilakunya.
Inilah seni berdamai dengan emosi yang pertama.
· Cara berdamai dengan emosi berikutnya adalah dengan menyimpan perasaan
marah kita. Jangan pernah langsung meluapkan kemarahan kita. Tenangkan dulu
pikiran kita. Lihat masalahnya bukan hanya dari sisi kita, tapi juga dari
beberapa sudut pandang. Jangan sampai, kita terlebih dulu merasa benar, padahal
masalah itu sebenarnya mutlak dari kesalahan kita sendiri.
· Untuk cara berdamai
dengan emosi selanjutnya adalah dengan mendapatkan perspektif yang berbeda.
Mudah sekali caranya, kita cukup menempatkan diri kita pada posisi orang lain.
Sebagai contoh misalnya ketika kita marah-marah karena pelayanan yang buruk
dari sebuah restoran, coba deh bayangin gimana perasaan kita kalau kita adalah
si pelayan restoran itu. Bayangin gimana malunya dia, bayangin gimana sedihnya
dia dan bayangin juga bagaimana takutnya pelayan itu kalau saja dia dipecat
hanya karena sebuah kesalahan buruk yang mungkin tidak pernah dia sengaja.
· Seni berdamai dengan
emosi selanjutnya adalah dengan bercermin. Lihatlah dengan saksama bagaimana
penampakan wajah kita ketika kita sedang marah. Ada banyak sekali pendapat bahwa
orang yang lagi marah itu sebenarnya sedang dikuasai syeitan. Lihatlah deh, apa
kita benar-benar terlihat seperti syeitan. Mungkin cara ini agak sedikit aneh,
tapi percayalah, terkadang kita memang harus menertawakan diri sendiri ketika
kita sedang membara karena terbakar oleh bara emosi.
· Cara berdamai dengan emosi berikutnya bisa kita lakukan dengan cara belajar menjadi seorang pendengar yang baik. Sekali lagi, marah-marah itu bukan solusi pertama dari sebuah masalah. Coba, kita dengarkan apa yang sebenarnya terjadi. Yakinlah bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa adanya sebab yang mendahuluinya. Dengan mendengarkan orang lain, sebenarnya kita juga sedang memperbaiki cara kita dalam berkomunikasi lho. Ketika kita marah-marah, biasanya kita akan menjadi seseorang yang mendominasi. Tapi ketika kita menjadi seorang pendengar yang baik, maka ego kita untuk selalu didengar akan perlahan-lahan menurun, bahkan lama kelamaan bisa saja hilang. Selain itu, dengan mendengarkan orang lain maka kita sebenarnya kita memfasilitasi perasaan saling percaya antara orang. Jika kita bisa percaya pada seseorang, maka kepercayaan kita tersebut bisa saja menjadi penolong yang bisa menyelamatkan kita dari emosi yang berpotensi menyulut sebuah permusuhan.
Mau
tidak mau, kita harus menyadari bahwa marah adalah sebuah perbuatan yang
unfaedah, benar-benar nggak ada manfaatnya sama sekali. Saat kita marah-marah,
sebenarnya kita adalah seseorang yang kalah. Setidaknya kita telah dikalahkan
oleh akal sehat kita, dikalahkan oleh ego kita. Jika kita termasuk orang yang
mudah marah, maka kita bisa masuk ke dalam kategori orang-orang yang kalah dan
orang-orang yang wajib belajar tentang bagaimana cara berdamai dengan emosi.
Berdamai
dengan emosi dan mengendalikan amarah memang bukanlah hal yang mudah. Untuk
bisa mengendalikan amarah, kita harus banyak belajar tentang manajemen emosi. Jika
kalian termasuk orang yang lagi belajar mengendalikan emosi dan ingin tahu
banyak tentang cara berdamai dengan emosi, silakan mampir saja di sini.
Komentar
Posting Komentar